PONTIANAK, KOMPAS.com — Komisi Penyiaran Indonesia mencermati rencana penjualan saham PT Visi Media Asia Tbk atau VIVA yang menguasai stasiun televisi ANTV dan TVOne.
"Kami masih menunggu aksi korporasi terjadi. Kalau terjadi, barulah kami akan memberi legal opinion," kata Komisioner KPI Iswandi Syahputra saat dihubungi di Pontianak, Minggu (5/5/2013).
Menurut dia, kondisi itu seperti dalam akuisisi stasiun televisi Indosiar oleh PT EMTK (Elang Mahkota Teknologi) yang juga menguasai saham stasiun televisi SCTV.
Ia mengatakan, salah satu dasar hukum kajian adalah Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran. "Terutama yang mengatur tentang pemusatan kepemilikan," ujar dia.
Selain itu, di Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2005 tentang Penyelenggaraan Penyiaran Swasta melarang monopoli dan penguasaan informasi pada satu orang atau perusahaan.
Iswandi mengakui, transaksi jual beli tersebut bersifat bisnis semata. Namun, ia mengingatkan, dampak dari transaksi bisnis itu ke perizinan yang dimiliki.
Ia menegaskan, kalau perusahaan tidak mampu mengelola izin frekuensi yang diberikan, sebaiknya dikembalikan ke negara selaku pemilik.
Seperti diberitakan, Komisaris Utama PT Visi Media Asia Tbk (VIVA) Anindya Bakrie tidak membantah, tetapi juga tidak membenarkan mengenai minat Chairul Tanjung untuk memborong 100 persen saham VIVA. "Namanya perusahaan terbuka, setiap hari memang selalu ada jual beli. Bahkan, ketertarikan itu datang dari banyak pihak dan mekanisme seperti itu tidak salah. Tapi, saya senang kok VIVA banyak yang meminati," kata Anindya saat ditemui selepas konferensi pers Kadin di Hotel Grand Melia Jakarta, Senin (8/4/2013).
Namun, Anindya enggan menjelaskan siapa investor yang berminat membeli saham VIVA tersebut. Bahkan, saat ditanyakan soal ketertarikan Chairul Tanjung, Anindya hanya melempar senyum khasnya sambil terus berlalu.
Hingga saat ini, Anindya mengaku bahwa kinerja VIVA masih gemilang. Dari laporan belum audit, pendapatan VIVA di kuartal I-2013 saja sudah meningkat sekitar 40 persen. "Minat dari investor lain pasti ada, yang lain juga banyak. Tapi, kalau bicara soal itu (rencana akuisisi), lebih baik bicara ke perusahaan sendiri saja," katanya.
Seperti diberitakan, Chairul Tanjung akhirnya buka suara terkait pembelian VIVA. Orang terkaya kelima di Indonesia ini mengaku ingin membeli saham pengendali VIVA seorang diri secara tunai. "Kami salah satu penawar utama. Kami mengajukan proposal untuk membeli semuanya, saku saya masih dalam," ucap pria berusia 51 tahun ini di Bali, seperti dikutip Reuters, Jumat (29/3/2013).
"Hanya kami yang bisa membayar tunai 100 persen, tapi masih belum ada kesepakatan," kata Bos CT Corp ini.
Chairul mengatakan, CT Corp akan mencari pinjaman baru untuk membeli tunai saham perusahaan media milik keluarga Bakrie itu. Namun, ia menolak menyebutkan berapa nilai yang akan dipinjamnya. Keluarga Bakrie memasang valuasi VIVA 1,2 miliar dollar AS - 2 miliar dollar AS.
Namun, menurut sumber-sumber Reuters, tampaknya nilai penjualan VIVA sekitar 1,8 miliar dollar AS. Padahal, kapitalisasi pasar VIVA hingga pekan ini hanya sekitar 800 juta dollar AS. Jika rencana akuisisi tersebut mulus, CT Corps bakal mengontrol 4 stasiun televisi, sehingga menguasai lebih dari 40 persen belanja iklan media televisi yang nilainya mencapai 1,7 miliar dollar AS pada tahun 2011. Saat ini, CT Corp menguasai Trans TV dan Trans 7.
Editor :
Erlangga Djumena
Anda sedang membaca artikel tentang
KPI Cermati Penjualan VIVA
Dengan url
http://bloggersporting.blogspot.com/2013/05/kpi-cermati-penjualan-viva.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
KPI Cermati Penjualan VIVA
namun jangan lupa untuk meletakkan link
sebagai sumbernya
0 comments:
Post a Comment