Medan - Buku karya sastra dan budaya yang dihasilkan di Indonesia dewasa ini dinilai masih sangat minim, padahal sebenarnya dapat juga dijadikan sebagai media mempromosikan tentang bangsa ini di mata internasional.
"Padahal karya sastra adalah karya yang akan dikenang sepanjang masa," kata Guru Besar Sastra dan Budaya Austronesia Universitas Hamburg, Jerman, Prof. Jan van der Putten, di Medan, Sabtu (13/9).
Menurut dia, minimnya karya sastra itu disebabkan banyak hal seperti biokrasi yang kurang berpihak, kurangnya penghargaan terhadap sastra, dan tidak adanya pengajaran penerjemahan di perguruan tinggi.
Saat ini, Indonesia hanya cukup bangga menjadi konsumen teori-teori dari barat, padahal itu merupakan bentuk penjajahan melalui Ilmu Pengetahuan.
"Teori dari barat dipakai di sini, dipuja-puja, itulah bentuk penjajahan baru, penjajahan ilmu,"katanya.
Menurut dia, Book Fair yang akan di gelar di Frankfurt, Jerman 2015, sebenarnya dapat menjadi ajang untuk mempresentasikan diri supaya Indonesia lebih dikenal di dunia Internasional.
Selama ini, presentasi diri Indonesia sangat minim sekali melalui karya sastra dan budaya, demikian juga dengan yang diterjemahkan ke dalam bahasa asing masih sangat sedikit.
"Karya sastra yang paling banyak diterjemahkan itu hanya sedikit, seperti karya Pramoedya, atau Laskar Pelangi karya Andrea Hirata," katanya.
Anda sedang membaca artikel tentang
Guru Besar Universitas Hamburg: Indonesia Kekurangan Buku Sastra-Budaya
Dengan url
http://bloggersporting.blogspot.com/2014/09/guru-besar-universitas-hamburg.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
Guru Besar Universitas Hamburg: Indonesia Kekurangan Buku Sastra-Budaya
namun jangan lupa untuk meletakkan link
Guru Besar Universitas Hamburg: Indonesia Kekurangan Buku Sastra-Budaya
sebagai sumbernya
0 comments:
Post a Comment