Melihat Ken Arok Bersemadi...
MALANG, KOMPAS.com - Kini Pemerintah Kota Malang, Jawa Timur, sudah resmi memilik museum Malang Tempo Doeloe. Di museum itu terdapat segala peninggalan sejarah yang menceritakan tiga fase. Yakni, fase paleolitik, arkeologi dan fase sejarah. Bukti sejarah dari masa kerajaan Singosari, hingga berubah Kota Malang.
Museum Malang Tempo Doeloe menjadi museum pertama di Kota Malang yang menanggalkan konsep seram, menakutkan serta membosankan, jika masuk ke museum. Konsep tersebut muncul dari pemikiran Dwi Cahyono, sebagai penggagas museum tersebut. "Museum ini dikonsep layaknya lorong waktu," kata Dwi Cahyono, kepada Kompas.com, Selasa (23/10/2012).
Jika akan masuk ke museum yang berlokasi di Jalan Gajah Mada Kota Malang itu, di pintu utama sudah terlihat layaknya sebuah kafe, bukan layaknya museum. Pengunjung seakan langsung diajak melihat perpaduan warna pink dan orange.
Setelah masuk ke dalam museum yang hanya seluas 900 meter persegi itu, pengunjung diajak untuk untuk menikmati sajian sejarah tiga fase atau periode. Yakni, ditampilkan bukti sejarah pada masa paleolitik, arkeologi, dan sejarah. "Tujuannya, agar pengunjung langsung menemukan hal yang bermanfaat tentang sejarah Malang," ujar Dwi.
Aneka ragam fosil tentang sejarah terbentuknya manusia dengan macam-macam jenis batu tua pra sejarah yang menggambarkan sejarah terbentuknya manusia. "Para pengunjung juga diajak melihat penggalian arkeologi. Di tempat ini, pengunjung akan tahu pekerjaan pandai besi dengan menggunakan alat zaman terdahulu," ujarnya.
Bahkan, menurut Dwi, di museum itu juga menyajikan bagaimana cara membuat barang yang terbuat dari tanah liat serta barang-barang kuno. Di dalam museum juga ditampilkan gua tempat Ken Arok bertapa. Di dalam gua itu, juga ada patung sosok Ken Arok, yang wajah patungnya didesain sama dengan wujud asli Ken Arok.
"Selain pengunjung bisa lihat langsung bagaimana Ken Arok bersemadi, juga bisa melihat pesanggarahan putri Ken Dedes, istri dari Ken Arok yang sangat cantik. Patung Ken Dedes itu kami ditutupi dengan gorden berwarna putih. Model itu sama seperti masa kerajaan di Singosari dulu," jelas Dwi, sembari tersenyum.
Selain itu, pengunjung bisa berjalan terus hingga akhirnya menemukan dengan lorong sejarah. Di ruang lorong sejarah atau lorong waktu itu, pengunjung akan disuguhi sejarah kelahiran Kota Malang, mulai tahun 1914 hingga sejarah Malang Bumi hangus tahun 1943. Di dinding ruang lorong sejarah itu, juga tampak seluruh foto Bupati Malang dan Wali Kota Malang hingga kini.
"Kita tampilkan juga foto pendopo Kabupaten Malang, masa pendudukan Jepang. Ada juga foto pelaksanaan Kongres KNIP pertama, ada foto Malang bumi hangus dan model Alun-alun Tugu, serta foto Bung Karno saat berkunjung ke Malang," jelas Dwi.
Di museum yang menghabiskan dana senilai Rp 1,5 miliar itu ditampilkan aneka miniatur suasana kegiatan Festival Malang Tempo Doeloe. Dwi mengaku, adapun proses pengumpulan benda-benda yang akan ditaruh di museum itu, sudah dikumpulkan sejak 1996. "Kami juga mencari data dari museum nasional, dari sejarawan-sejarawan nasional. Kalau konsep museum ini diperoleh dari Sydney, Australia dan Singapura," katanya.
Pengunjung yang akan datang ke museum tersebut bisa datang pada pukul 08.00 hingga pukul 17.00 WIB. "Tiket masuknya, untuk umum senilai Rp 25.000 dan untuk pelajar hanya Rp 10.000. Untuk proses belajar, museum ini, sangat tepat, terutama untuk siswa," tambah Dwi.
Anda sedang membaca artikel tentang
Melihat Ken Arok Bersemadi...
Dengan url
http://bloggersporting.blogspot.com/2012/10/melihat-ken-arok-bersemadi.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
Melihat Ken Arok Bersemadi...
namun jangan lupa untuk meletakkan link
sebagai sumbernya
0 comments:
Post a Comment