Pengolahan material logam tidak pernah lepas dari aspek teknik dan keterampilan. Kendati secara prinsip pengolahan material logam tidak banyak berubah dari masa lalu.
Namun, dalam perkembangannya ada kemajuan dan penyempurnaan di setiap tekniknya. Kemajuan dan penyempurnaan teknik itu kemudian diaplikasikan oleh 56 seniman dalam 93 buah karya logam mereka. Aplikasi itu menjadi titik lebur yang sangat kreatif.
Titik lebur kreativitas 56 seniman logam Indonesia kini tengah menghiasi Galeri Seni Tugu Kunstkring Paleis di Jalan Teuku Umar no 1 Menteng, Jakarta Pusat. Pameran seni logam berjudul Horizon of Strenght ini bisa dikunjungi gratis mulai dari tanggal 18 Juni hingga 2 Juli 2013.
Horizon of Strenght bila dilihat dari sisi sederhana saja, merupakan sebuah pameran logam dengan aneka ragam bentuknya. Logam yang selama ini dikenal hanya dengan bentuk-bentuk biasa, ternyata bisa tersaji dalam seni keindahan seperti perkakas, alat, benda-benda hiasan, karya dekoratif, hingga ekspresi estetik yang bersifat personal.
Selain diartikan secara sederhana, pameran Horizon of Strenght ini juga dapat dipahami sebagai penciptaan karya kriya kontemporer yang mengandung aneka makna. Horizon of Strenght juga mengandung pengertian tentang hasil karya budaya Indonesia yang terbentuk dari hasil percampuran beradaban besar dunia.
Pada pameran Horizon of Strenght terdapat 93 buah karya seniman Indonesia. Di setiap karya, ada pesan abstrak yang bisa jadi diartikan berbeda-beda oleh setiap orang.
Semisal, dalam karya Eling berukuran 250 X 150 X 90 centimenter milik Sri Astari Rasyid. Saat melihat sebuah kalung raksasa dengan bentuk kepala tengkorang di bagian center-nya, membuat banyak orang berpikir apa yang ingin disampaikan Astari. Dari bentuknya saja Eling sangat memukau.
Eling, merupakan sebuah tasbih dengan kepala tasbih berbentuk tengkorak. Ada hiasan beberapa kuntum mawar di atas kepala tengkorak itu.
Tak ketinggalan, Astari pun menuliskan tesk relegius di setiap logam yang mendampingi kepala tengkorak. Pemilihan kepala tengkorak seolah menjadi objek pengingat bahwa, salah satu hal yang harus dipahami manusia adalah kenyataan suatu saat mereka akan meninggalkan kenikmatan di dunia.
Selain Eling, ada pula sebuah karya berjudul Memorabilia No 4 milik Ichwan Noor. Sang seniman yang sudah menggeluti dunia seni sejak tahun 1995 ini kembali memamerkan lanjutan Memorabilia.
Pada karya Memorabilia No 4 ini Ichwan hendak menghadirkan relasi fenomenologis antara manusia dengan objek fungsional, yakni pakaian. Hanya saja pakaian yang digantungkan tersebut memiliki ruang kosong atau sobekan yang menganga di sisi kanan.